Buku berjudul Kita Pergi Hari Ini karya — Its kinda hard to say, Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie ini menceritakan tentang petualangan anak-anak baik ke Kota Terapung Kucing Luar biasa. Petualangan mereka tentu saja ditemani orang dewasa — atau mungkin seekor? Nevermind. Mereka ditemani Nona Gigi, kucing pengasuh anak yang berasal dari kota tersebut.
Anak-anak itu bernama Mi, Ma, Mo, Fifi, dan Fufu. Perjalanan mereka menuju Kota Terapung Kucing Luar Biasa benar-benar luar biasa. Berbagai hal menakjubkan yang belum pernah mereka alami dan rasakan sebelumnya, hadir di depan mata. Walau perjalanan menuju kota itu sangat jauh, tapi mereka sama sekali tidak lelah. Nona gigi menyebut jika anak-anak itu justru akan lelah terkagum-kagum alih-alih lelah secara fisik. Untuk menuju kesana, mereka perlu masuk ke ibukota Kota Kucing Luar Biasa terlebih dahulu, lalu naik kereta air untuk ke Kota Terapung Kucing Luar Biasa.
Tapi, siapa sangka, kalau petualangan mereka bukanlah petualangan biasa?
Pembaca pada bagian awal alias Bab depan-depan, masih bisa merasakan flashback to the childhood era karena akan bertemu banyak hal-hal menarik seperti kisah dongeng fantasi ketika kita kecil. Dongeng yang isinya tidak akan pernah masuk nalar orang dewasa, tapi selalu menarik bagi anak-anak. Misalnya ketika tokoh Mi menyebutkan isi keranjang piknik paman Po jahat karena berisi: Sosis bau sikat toilet, telur dalam roti lapis kayak dahak kental, roti Prancis kayak batu, klepon bau bokong capung (Have you ever think ‘bout this one?), dan asam ketiak kakek masuk ke botol jus lemon.
Siapa yang akan mengisi keranjang piknik seperti itu?
Adalagi, tokoh Mo yang bisa berubah jadi gerobak sate saat dirinya tidak dapat memikirkan ide apapun untuk menghadapi situasi sulit di depan matanya. Kehadiran kolonel jagung, wahana sirkus sendu (sirkus paling sedih di cerita ini), kereta air yakni kereta yang hanya bisa dinaiki sambil minum susu di atas meja makan, dan Kota Kucing Luar Biasa (terapung atau tidak) yang semua diisi kucing berbagai ras. Anak-anak mana yang tidak tertarik dengan cerita fantasi seperti itu?
Kalau kata Nessie Judge, “Stop senyum-senyum, ’cause sh*ts about to go down”, itulah bagian tengah — akhir ini. Bagian ini menjadi bagian dimulainya perjalanan mereka dengan tension cerita yang makin jauh, pembaca semakin menyadari kalau cerita ini bukan dongeng fantasi biasa. Cerita ini absurd, dark, dan too scary for kids.
Pembawaan cerita ini mengambil sudut pandang anak-anak dalam melihat perjalanan dan dunia yang mereka belum pernah ketahui sebelumnya. Unsur kepolosan, mudah dibohongi, dan daya penasaran khas anak-anak membuat pembaca akan merasa bahwa mereka sangat menikmati petualangan ini tanpa kecurigaan apapun akan hal disekitarnya. Sampai suatu ketika, ada banyak hal-hal janggal yang ditemui anak-anak itu ketika diperbolehkan untuk pergi menjelajahi Kota Terapung Kucing Luar Biasa oleh Nona Gigi.
Mi berpasangan dengan Fufu; Ma berpasangan dengan Fifi; Mo berpasangan dengan Nona Gigi (karena Mo masih bayi yang baru belajar merangkak). Semua pergi dengan tujuan masing-masing sesuai kepribadian mereka. Disinilah terlihat bahwa setiap anak punya daya eksplornya masing-masing dan disini juga mereka menemukan kejanggalan demi kejanggalan. Contoh kecilnya adalah Mi dan Fufu yang bertemu kucing pemulung di sebuah rel terbengkalai. Kucing itu sedang mencari tulang. Bukan tulang ikan, melainkan tulang anak-anak yang tidak bisa pulang karena dibenci orang tuanya.
Tentu tidak ada yang mau menceritakan hal itu pada anak-anak ‘kan? Image kucing yang menggemaskan di imajinasi anak, bisa seketika ambyar kalau mendengar apa yang ditemukan Mi dan Fufu. Masih ada banyak hal lain yang kurang ramah anak di bagian ini. Siapa yang menyangka anak-anak pergi main berpetualang, bertemu hal-hal menakjubkan, nyatanya ini adalah wisata dark yang tujuan utamanya bukan untuk berbahagia, tapi justru mengancam keselamatan lahir dan batin.
Walau memang tidak terlalu ramah anak di bawah umur, ada beberapa hal unik yang tetap bisa diambil dan dikagumi dari buku ini:
Tentu sulit menjelaskan: darimana anak-anak berasal? Ketika seorang anak atau adik kita bertanya demikian. Mungkin, kamu bisa pakai cara yang disampaikan orang tua Mi, Ma, dan Mo ini:
2. Cara mengajak anak meminta maaf & mau cuci kaki sebelum tidur
Anak-anak kerap sulit diajak bermaafan jika berkelahi dengan saudara atau temannya. Apalagi mencuci kaki sebelum tidur. Tapi, kamu bisa pakai cara yang disampaikan Nona Gigi pada anak-anak yang bersikap demikian:
3. Cerita ini bukan untuk anak-anak, tapi lebih untuk orang dewasa
Kenapa? Karena pada kenyataannya, memilih Nona Gigi sebagai pengasuh anak-anak itu adalah rencana para orang tua untuk menjauhkan anak-anak dan juga mengurangi jumlah anak mereka. Nona Gigi adalah rekruter yang bertugas mendapatkan anak-anak yang dibenci oleh orang tua mereka sendiri. Upaya ini didasari atas permasalahan orang dewasa: Ekonomi. Banyak kita temui kasus anak-anak ditelantarkan, dibuang, dititipkan ke panti asuhan karena masalah biaya hidup.
Pada bagian ending, salah satu anak berhasil diculik oleh para kucing di Kota Terapung Kucing Luar Biasa, dalam pelariannya untuk pulang ke rumah setelah menyadari ada yang tidak beres dengan kota tersebut. Ketika beberapa anak berhasil pulang ke rumah, orang tua mereka menjelaskan bahwa apa yang mereka alami hanyalah mimpi. Sebenarnya menyadari kalau satu anak tidak berhasil pulang ke rumah dan salah satu orang tua dari anak-anak itu tiba-tiba bergumam, “Sial, hanya berkurang satu.” Weird, isn’t it?
Bukan hanya itu, orang dewasa khususnya orang tua kerap tidak menyadari setiap perkataan yang dilontarkan di depan anak-anak mereka. Dikisahkan Ma dan Fifi kerap mendengar keluhan orang tua mereka dan pertengkaran orang dewasa. Keduanya lalu memperagakan hal tersebut saat bermain rumah-rumahan bersama. Yap! Mereka meniru apa yang dilakukan orang tua mereka — termasuk mengumpat dengan kata-kata kasar. Perlu diingat, kalau anak adalah peniru ulung.
Orang tua atau orang dewasa sering kali salah dalam memahami tangisan anak-anak dan bukannya sabar, mereka justru memarahi dan melakukan serangan fisik. Mo, diceritakan sebagai Anak yang Sulit Dimengerti. Julukan ini diberikan sendiri oleh orang tuanya karena Mo adalah bayi dengan aksen Prancis yang jelek. Begitupun Mi dan Ma yang punya julukan masing-masing — yang semua berangkat dari ketidakpahaman orang tua mereka terhadap karakter anak-anaknya. Tapi, Nona Gigi, kucing pengasuh yang justru dapat lebih memahami kondisi tiap anak melebihi orang tua mereka. Banyak ‘kan kasus begini di dunia nyata?
Orang dewasa juga perlu meralat kesalahan yang dilakukan anak-anak dengan lembut. Seperti yang dilakukan Nona Gigi pada Ma, ketika anak itu salah menghitung angka. Bagi Ma, setelah angka empat adalah tujuh dan ketika Nona Gigi meralatnya, Ma bersikeras jawabannya adalah tujuh.
— hal 59 Saat Ma dimandikan oleh Nona Gigi